Pikiran adalah api yang harus dinyalakan, bukan bejana yang harus diisi. (Plutarch)

Practice makes us right, repetitions make us perfect.

(Praktik membuat kita benar, pengulangan membuat kita sempurna.)

***

            Pembelajaran adalah sebuah kesalingan. Ia merupakan wujud dari interaksi yang terjadi antara dua unsur yang mengarah pada tujuan yang sama. Guru dan siswa adalah pemegang kendali dan yang akan memungkinkan tercapainya misi yang diinginkan.

Sungguh tidak mudah menyatukan pandangan dan memfokuskan pikiran dari dua unsur yang berada di ruang berbeda. Apalagi dengan jarak yang tidak berdekatan pula. Bebagai kendala teknis dan nonteknis mengganggu. Kondisi alam dan nonalam pun menghalangi. Namun wadah ‘bertemu’ dapat disatukan, seperti di grup whatsapp, zoom, dan email.  

Preskripsi dengan pemberian materi, petunjuk, dan langkah kerja diunggah. Diskusi pelaksanaan dilakukan secara intens. Hal-hal yang bersifat teknis pun diurai secara sederhana dan rinci.

Pembelajaran daring dengan metode preskripsi tetap melahirkan banyak pertanyaan siswa. Sistem dan jarak tidak menghalangi diskusi panjang kami. “Aduh, Bu..., saya tidak paham dengan maksud tabel pada halaman 20”, atau “Kata isolasi termasuk asosiasikah?”, atau “Snack tidak bahasa Indonesia baku, kan, Bu? Pembenahannya apa, ya?”, “Kalimat efektif itu seperti apa, ya?”

Pertanyaan-pertanyaan tersebut memancing diskusi klasikal dan kelompok. Celetukan dan tanggapan siswa lain yang menanggapi, menjadikan analisis tentang sebuah kasus berjalan dengan panjang dan seru. Daya nalar mereka membuat diskusi tentang suatu topik berkembang dengan baik.

Pola simetris sangat diperlukan. Bagai huruf ‘A’, dua kakinya saling menumpu dan membentuk rangka. Menopang sama panjang dan setangkup.

Metode preskripsi simetris memungkinkan keberperanan guru dan keterlibatan siswa terlihat. Guru tetap bisa hadir sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator. Sedang di saat yang sama, siswa tidak kehilangan jiwa ingin tahu dan petualangannya dalam menganalisis sebuah topik yang terkungkung dalam materi pelajaran.

Pembimbingan dan pendampingan secara terpadu membuat ‘pertemuan’ tetap hangat dan bermakna. Tetap ada yang bisa mereka bawa pulang walau harus berjuang sekian kilometer mencari sinyal. Siswa tetap merasakan kehadiran ‘sekolah’ di tengah ‘rumah’.

Menjaga idealisme, kelengkapan, dan ketercapaian tujuan pembelajaran dalam keterbatasan, bukanlah sesuatu yang mustahil. Moda daring dapat menjadikannya tetap garing. Keseruan ‘pertemuan’ di dunia maya tetap bisa dirasa.

Memilih topik yang aktual dan relevan bisa menjadi solusi. Menyesuaikan dengan karakter dan latar belakang siswa pun sangat menentukan hasil. Tentunya diskusi akan lebih seru bila hal yang dibahas  adalah sesuatu yang dekat dengan mereka. Meninjau schemata dan pengetahuan dasar yang sudah mereka miliki pun dapat dipertimbangkan.

Jadi, seperti yang dikemukakan Plutarch, pikiran siswa bagaikan api yang harus dinyalakan, bukan bejana yang harus diisi. Pembelajaran diharapkan dapat menjadikan mereka seseorang yang tidak hanya sekadar menunggu. Diperlukan hal yang membiasakan diri mereka untuk menjadi pionir, bukan folower.

Mencoba akan menjadikan kita benar. Terus berlatih akan menjadikan sesuatu sempurna. Pembelajaran daring dengan preskripsi simetris dapat menggiring siswa dan guru ke tujuan yang sama. Antigaring. Semoga.

Payakumbuh, 4 Juni 2020

Catatan:

preskripsi: pembimbingan; ketentuan; petunjuk; apa yang harus dilakukan;

simetris: terpadu; sama kedua belah bagian; setangkup;

schemata: pengetahuan awal yang sudah dimiliki;

***

Biodata:

            Yossa Rahmalia lahir di Koto Tangah Simalanggang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat pada 8 Januari 1981. Merupakan seorang pengajar di SMA Negeri 2 Kecamatan Harau (Boarding ). Email: [email protected], WA: 081374810243.